Myelin ; Kekuatan untuk Menjadi Guru Hebat
Tiger Wood sang maestro Golf Internasional melakukan training marathon 13 jam sehari, mulai dari jam 6 pagi sampai dengan jam 7 malam. Latihan tersebut ditambah porsinya saat ia menghadapi turnamen. Hal ini diketahui dari pengakuan Tiger Wood dalam sebuah wawancara dengan Gold Channel di tahun 2018. Kebiasaan Wood ini diakui dan dibenarkan oleh mantan pelatihnya, Hank Haney.
Seorang Cristiano Ronaldo (CR7) pemain yang mulai debut internasional di MU dan singgah saat ini di club Al Nassr Liga Saudi Arabia mengakui berlatih olahraga selama tiga hingga empat jam sehari, serta lima hari seminggu. Selain itu, ia juga memiliki jadwal latihan pribadi, seperti berenang secara teratur, melakukan Pilates, dan pergi ke gym lima kali dalam seminggu.
Dalam qaidah expertise, terdapat hukum 10,000 jam. Artinya seseorang butuh waktu 10.000 jam melakukan hal yang disenangi atau suatu pekerjaan untuk menjadi seorang master/expert dalam berbagai bidang apa saja, baik bidang olahraga, seni, science, public speaking, menulis, termasuk mengajar atau menjadi guru. Dengan pengalaman 10.000 jam lebih menjalani suatu kegiatan yang sama atau profesi, maka sangat mungkin seseorang menjadi master dan expert dibidangnya.
Merujuk kepada tahapan Dave (1967) tentang pembentukan keterampilan, paling tidak dubutuhkan 5 tahapan untuk menjadi master pada skill tertentu, dimulai dari meniru, kemudian berlanjut ke tahap membiasakan, naik ke tahap memahirkan, kemudiaan meningkat menjadi alamiah dan berujung pada menjadi tindakan orsinil, bersifat spontan tanpa berfikir dan menimbang. Mengembangkan skill untuk menjadi expert dan master dengan 5 tahapan tersebut tentu membutuhkan waktu yang tidak sedikit apalagi kalau skill tersebut naik levelnya menjadi kompetitif atau level tak tertandingi.
Demikian halnya untuk menjadi master teacher, dibutuhkan 5 tahapan serta waktu kurang lebih 10.000 jam agar kemampuan dan keterampilan mengajar kita betul betul mastery dan menjadi keterampilan yang membatin serta melekat pada diri setiap guru, puncaknya kemampuan mengajarnya berada pada level tindakan orsinil dan alamiah.
Tidak dipungkiri bahwa menjadi guru memerlukan tiga modal utama yaitu; intelektual, mental dan keterampilan. Ketiganya harus mencapai kematangan secara bersama sama. Pincang salahsatu dari tiga modal dasar tersebut, maka pincang pula performa guru.
Selama ini pendidikan guru baru menyentuh pengembangan brain memory atau kemampuan intelektual dan wawasan keilmuan yang bersifat normatif teoritik. Sementara pengembangan muscle memory yang menekan kepada inisiatif, kreatifitas serta keterampilan artikulatif tindakan mengajar belum sepenuhnya di prioritaskan. Pengembangan brain memory guru harus sebanding dengan pengembangan muscle memory sehingga guru menjadi trengginas, samapta, cheerish dan impresif dalam aktifitas mengajar. Karakter seperti itu dapat diwujudkan jika guru terus sibuk dalam pengajaran berbasis aktifitas dikelas berkali kali dengan ribuan inovasi sehingga otak di ototnya atau muscle memorinya sejalan dengan brain memorynya.
Muscle memory disebut matang jika seseorang terlatih melakukan tindakan cerdas, cepat, precisi dan artikulatif serta memesona, sehingga apa yang dilajukan efektif dan efisien. Muscle memory ini disebut juga dengan myelin yaitu otak yang bekerja dalam otot kita yang apabila terus dilatih dengan aktifitas gesit trengginas berkali kali, massanya akan menjadi besar sehingga melahirkan tindakan yang efisien dan efektif. Myelin menjadi intangible aset seorang guru yang harus terus dikembangkan dan dilatih.
Guru yang hebat sadar sepenuhnya bahwa dirinya harus mengembangkan brain memory, muscle memory dan mental spiritual. Sehingga ia bisa melayani muridnya dengan ragam sajian dan menu pembelajaran yang memuaskan, bukan hanya sekedar sajian otak otak.
(Sekedar celoteh minggu sore), 27 Oktober 2024.
Al Faqir,
Muslihudin