Guru pendidikan agama Islam (PAI) menghadapi tantangan yang luar biasa berat. Tantangan ini terutama berasal dari pola asuh orang tua dan pola asuh masyarakat yang belum optimal memperhatikan tumbuh kembang agama anak-anak. Padahal dua lingkungan itu berpengaruh besar terhadap kualitas keberagamaan anak sesuai dengan jenjang usianya. Visi pendidikan agama orang tua terhadap anak mulai merosot seiring dengan menurunnya kualitas hubungan dan kedekatan (closeness) orang tua dengan anak-anak mereka. Hal ini disebabkan kesibukan orang tua memenuhi kebutuhan ekonomi, sehingga tidak punya waktu yang cukup untuk memperhatikan tumbuh kembang agama anak. Disamping itu sikap peduli (caring) orang tua terhadap anak ketika berinteraksi dengan mereka diganggu oleh interest yang berlebihan (candu) terhadap teknologi informasi (HP). Banyak orang tua yang abai terhadap kebutuhan kasih sayang anak karena kesibukan dengan gadget. Ujungnya adalah anak mengalami penurunan kualitas perhatian dari orang tuanya. Baik perhatian fisik, perhatian sosial emosional dan perhatian religious spiritual. Keadaan demikian terutama terjadi pada anak-anak yang bertumbuh di perkotaan, tetapi tidak menutup kemungkinan kecenderungan tersebut menjalar ke masyarakat pedesaan seiring dengan ekspansi kepemilikan teknologi informasi di pedesaan yang tidak terbentung. Di sisi lain masyarakat terdekat dari lingkungan anak kurang peduli terhadap tumbuh kembang anak, kesepakatan-kesepakatan terkait aturan moral, nilai-nilai agama serta kenyamanan lingkungan fisik-sosial yang bisa menjamin tumbuh kembang anak dilingkungan terdekatnya secara positif tidak terbentuk. Penyebabnya semakin berkurang jembatan sosial yang otentik diantara masyarakat yang menyebabkan menguatnya sikap individualis serta sikap menarik diri dari kehidupan ketetanggaan karena kesibukan atau juga karena terpenuhi hasrat berkumpul dan berinteraksi melalui gadget masing-masing.
Visi pendidikan karakter terutama karakter keagamaan belum menjadi visi besar pendidikan keluarga muslim. Meskipun belum ada survey tentang visi pendidikan agama anak pada keluarga muslim, tetapi dapat diasumsikan bahwa visi pendidikan agama anak sebagian besar masyarakat muslim terutama kelas menengah ke bawah belum menjadi visi yang paling strategis dibanding visi pendidikan yang fokus pada peningkatan fungsi ekonomi anak bagi keluarga. Visi pendidikan keagamaan sebuah keluarga bisa dimulai dari visi orang tua tentang pendidikan nilai-nilai agama, sistem keyakinan (akidah), sistem ritual keagamaan (ibadah), spiritualitas keagamaan serta kemampuan membaca dan memahami kitab suci yang harus berkembang sesuai dengan tumbuh kembang anak-anak mereka. Kesadaran terhadap visi pendidikan agama anak pada sebuah keluarga serta praktek pendidikannya menjadi tantangan tersendiri bagi keluarga keluarga.